Selasa, 03 September 2013

BELAJAR DARI NEGERI JIRAN

Suasana Bandar Sarawak kala malam hari
Sesuai janjiku dimana beberapa hari yang lalu penulis berjanji akan berbagi pengalaman tentang Negara tetangga Malaysia, dimana beberapa hari yang lalu aku berkunjung ke negara itu selama tiga hari,  Oke kembali lagi ke pokok pembicaraan tulisan ini, ada beberapa pengalaman yang bisa kubagi dan dapat jadi cerminan untuk kotaku Pontianak (maaf aku tidak berani mengatakan Indonesia, sebab banyak kota yang belum kukunjungi)




Museum kucing

Salah satu tempat yang mulai menarik perhatianku adalah museum kucing, dimana didalam museum yang menarik perhatianku adalah cara pemerintah negara bagian Sarawak dalam merawat museum ini. Hal yang berbeda dengan Museum Negeri Pontianak, dimana isinya tidak jelas dan banyak barang yang hilang. Yang kedua adalah museum Purbakala Sarawak, didalam museum itu kita tidak hanya menemukan manusia Purba tapi juga orang utan, hewan, ikan yang berada di Kalimantan, mereka berani mengeluarkan uang sebanyak-banyaknya untuk mengurus museum ini. Hal kecil yang setidaknya bisa dipikirkan oleh Pemerintah Daerah, di museum ini juga terdapat keris dimana keris ini mereka juga mengklaim dari Jawa Indonesia bukan dari Malaysia lagi.

Berbicara mengenai keris, jujur aku heran dengan berbagai macam kesenian dan kebudayaan Negara Indonesia. mengapa kita kurang mempedulikan hal-hal bersejarah seperti tari-tarian, makanan khas, dan baru marah besar Jika Negara lain mengambilnya. Tapi marah yang tiada guna. Jujur aku masih bangga dengan masyarakat Jawa  dimana mereka tetap memandikan keris. meski Zaman sudah berubah, Di Jogjakarta khususnya, masih ada acara sekatenan. Di Pontianak juga ada yaitu Nek Dango, Gawai Dayak tapi kurang di maksimalkan penyajian programnya. Sehingga terkesan apa adanya.Ada pula hal yang menarik lainnya yaitu, didalam Museum itu kita menemukan replika miniatur Rumah Dayak Iban, dan didalamnya kita juga mendengar suara Burung, Orang Utan hingga Anjing yang banyak di pelihara oleh mereka.

Ada pula pengetahuan tentang alat-alat musik tradisional yang tersimpan dalam kaca tapi kita bisa mendengar suara mereka lewat layar touch screen.  Semoga Pemerintah Daerah mampu membuat replika di Museum Negeri Pontianak. Untuk kebudayaan sudah wajib hukumnya untuk Warga Negara Pontianak mempelajari Bahasa Inggris. Sehingga ada nilai plus bagi turis asing saat berkunjung ke Kota Khatulistiwa ini.


Jalan Raya di Kuching Sarawak Malaysia

Jalan raya di Kuching cukup bersih, setiap hari mereka sapu dan bersihkan. untuk drainase air, Bandingkan dengan Kota Pontianak dimana banyak pohon-pohon yang di letakkan di Trotoar itu pun diantaranya ada yang gundul. Mereka juga sangat disiplin di jalan raya, saling menghormati dan tidak ada kendaraan yang berlomba-lomba menunjukkan siapa yang terhebat. sehingga begitu lampu hijau menyala mereka membiarkan jalur lain untuk melewati dulu. Lampu Merah ? Jangan harap mencoba-coba untuk menerobos.

Kuching memiliki Tower mirip monas, dimana saat kita berada di level atas, kita bisa melihat seluruh kota Kuching dari atas. Sehingga memiliki background yang menarik untuk lokasi Hunting / Foto.
Suasana diatas Tower Kuching
Aku membayangkan jika Tugu Khatulistiwa di bangun seperti itu.  Sehingga kita bisa melihat kota Pontianak dari atas.

Untuk lokasi waterfront mereka desain sebagus mungkin sehingga mirip dengan taman-taman di Eropa (meskipun aku belum pernah ke Eropa, hanya melihat lewat Foto saja). Orang-orang yang berkunjung ke Waterfront sebenarnya mirip dengan orang-orang yang berkunjung ke Depan makorem yaitu tujuan mereka untuk pacaran, jualan pernak-pernik dan makanan hanya yang membedakannya adalah Waterfront di Kuching Pontianak terhubung dengan Bandar raya batasnya adalah Patung kucing dan hotel besar. Sungai mereka bersih, (untuk aek kapuas aku masih salut karena ada kelompok di Pontianak yang perduli dengan Sungai Kapuas dan menginginkan agar air ini bersih) di Sekitar Patung kucing kita dapat menemukan Mall serta Hotel berbintang seperti Hilton tapi tertata rapi. Sehingga mirip berada di sebuah kota Modern Hal ini membuat banyak turis asing lebih memilih untuk berkunjung ke Malaysia daripada Pontianak Indonesia

Tempat tujuan wisata yang menarik lainnya adalah Indiana Street, disini banyak terjual pernak-pernik assesoris murah mungkin lebih dapat dikatakan seperti pasar tengah minus Premanisme atau Malioboro Jogja. Daerah ini memang khusus untuk menjual barang-barang dan assesoris murah, Jalannya tidak terlalu panjang hanya beberapa kilometer saja. Setiap kali aku melintasi jalanan ini maka aku selalu teringat dengan Malioboro, sebuah tempat di kota Pelajar Jogjakarta dimana aku menghabiskan waktu empat tahun belajar disana.Bagaimana dengan kuliner. Kuakui masakan di Pontianak lebih lezat sehingga banyak warga Malaysia datang ke Pontianak hanya untuk mencicipi hidangan.

Tapi yang membuatku salut adalah tempat / lokasi serta konsep rumah makan mereka. Ada rumah makan yang berada di bawah Jembatan tapi di desain dengan konsep yang menarik (Kubah Raya), banyak pula rumah makan yang terletak di pinggiran Sungai. Kita tidak dapat menemukan Warung Lamongan kaki lima disini. Ada pula rumah makan yang terletak di atas mall (Taman Kereta) sehingga kita bisa melihat Seluruh kota Kuching sambil makan malam. Sungguh konsep yang memanjakan mata bukan.Mungkin hanya itu saja ulasanku tentang Negeri Jiran yang kukunjungi, intinya mereka maju karena Subsidi pemerintah maklum Malaysia adalah negara Commonwealth of British Nations (Mereka dijajah Inggris) sedangkan Indonesia dijajah Belanda.

mereka membuat lubang-lubang kecil didekat selokan sehingga tidak terjadi banjir saat musim hujan tiba. Di sekitar tempatku tinggal Laila Inn masih terdapat burung Merpati yang mereka biarkan apa adanya dan tidak di bunuh / di buru. Bandingkan dengan kota Pontianak, dimana masih banyak pemburu liar yang dibiarkan apa adanya. Membunuh burung tapi tak tahu hasilnya mau diapakan. Untuk jalan raya menuju pantai damai Santubong misalnya, masih banyak terdapat hutan-hutan hijau dan di pagari agar tidak dapat di curi oleh orang-orang jahil. Di Bandar Kuching, masih terdapat pohon-pohon besar yang terletak di tengah Jalan (membatasi antara jalur kanan dan kiri) sehingga membuat pemandangan tampak asri. Mereka juga tidak menebang Pohon-pohon tua yang usianya lebih dari puluhan tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar